Wednesday, August 03, 2011

I Left My Heart in Boston Part 6

Malam ini Dizar sedang nggak ada kerjaan, makanya ia memilih untuk membaca buku Rich Dad Poor Dad nya Robert Kiyosaki sambil ngemil sale pisang kiriman Ibu dari Jakarta. Sang Ibu serta kakak laki-lakinya selalu mengirimkan Dizar cemilan dan makanan Indonesia setiap 3 bulan sekali dalam jumlah yang besar. Maka dari itu tak heran jika beberapa mahasiswa Indonesia sering main ke apartemennya untuk mencomot cemilan-cemilan. Dizar sendiri awalnya tidak mau tinggal di apartemen sebesar ini karena tidak ada temennya, tapi Ibu dan Bapak ngotot menyuruh Dizar tinggal disini karena Mas Rio, abangnya sering bolak-balik Boston-Jakarta untuk mengurus sertifikat kelulusan.

“Ting tong.” Terdengar suara bel di tekan.

Palingan Bayu sama Satria.’ Pikirnya. Malam ini mereka akan begadang untuk nonton pertandingan Manchester United melawan Barcelona mengingat besok tidak ada jadwal kuliah. Begitu membuka pintu, Dizar sedikit kaget karena mendapati Almi yang berdiri di depan pintu.

“Al…mira? Lo ngapain?” Ucapnya kaget tapi malah terdengar sedikit jutek. Dengan manisnya Almira bekata, “Aku bawain ini untuk Dizar. Dimakan ya… Semoga cepet sembuh.” Dizar menerima sepiring kue pastel dan risol yang masih hangat seperti baru di goreng.

“Masuk dulu Al. Gue gantiin piringnya dulu ya.” Ucap Dizar mempersilahkan Almi masuk. Gadis ini celingak-celinguk pelan memperhatikan apartemen Dizar yang hanya satu kamar. Barang-barangnya tidak terlalu banyak. Hanya rak buku, TV, sofa dan meja kecil serta gitar yang dibiarkan tergeletak di samping sofa.

“Kamu… tinggal sendirian disini?” tanya Almi yang mengikuti Dizar menuju dapur. Dizar hanya menjawab dengan bergumam. Suasana agak sedikit kaku karena Dizar tidak banyak bicara, sibuk memindahkan makanan ke dalam piring. Dapurnya rapih dan bersih, pasti Dizar mengerjakan semuanya sendiri.

“Ini piring lo. Thanks ya makanannya.” Ujarnya singkat.

“Iya, sama-sama. Dicoba ya… Nanti aku bikinin yang lain lagi.” Almi terlihat begitu semangat. Di kepalanya sudah terlintas martabak, kue serabi, kue pukis, dan kue-kue lainnya yang akan di berikan kepada Dizar. Dizar hanya mengangguk-angguk.

“Lagi ngapain Zar? Mau di temenin nggak? Aku sendirian nih di rumah. Jocelyn lagi keluar sama pacarnya.” Deg! Pasti Almira mau berlama-lama disini. Dizar memutar otak mencari alasan supaya gadis ini nggak kelamaan main di tempatnya. Bisa-bisa acara nonton bola batal. Kalo nanti Bayu dan Satria melihat ia berduaan dengan Almi, bisa heboh semuanya. Termasuk Rilo.

“Hoooaahhhmm… Nggak usah deh Al, lagipula gue udah mau tidur kok.” Diraihnya remot TV di atas meja dan buru-buru mematikan TV.

“Lo balik aja, nggak apa-apa kan sendirian? Sorry ya nggak bisa nganterin.” Ucapnya sambil menguap lagi, kini disertai dengan mengucek-ngucek mata.

“Oh gitu ya? Hmm… nggak apa-apa kok Zar. Kalo gitu aku pamit ya.” Sejujurnya ada sedikit rasa kecewa yang Almi alami, padahal dirinya ingin mengobrol banyak dan ingin mengetahui Dizar lebih dalam.

“Sip. Makasih ya Al.” Krek. Dizar menutup pintu, berjalan pelan-pelan menuju kamarnya dan menyambar handphone kemudian menelpon Bayu sambil bisik-bisik,

“Woy! Lu di mana? Buruan kesini cepetan! Eh nanti kalo ketemu cewek Indo pake piyama mickey mouse di lift, jangan belok ke kamar gue dulu ya. Pura-pura nggak ngeliat aja.”

***

No comments:

Post a Comment

thank you for your comment :)