Friday, August 05, 2011

I Left My Heart in Boston Part 9

Dizar tersenyum sambil menghela napas dalam kemudian menggiring Almi menuju pintu keluar kemudian berucap, “Lo seharusnya udah tau jawaban gue apa.” Almi memberontak, ia memberanikan diri untuk memegang tangan Dizar.

“Apa nggak bisa diusahain Zar? Aku bener-bener suka kamu.” Dengan cepat, Dizar melepaskan genganggaman tangan Almi. Risih.

Eh Al… Menurut lo, Rilo orangnya kaya gimana sih?” Dizar bertanya out of topic, sengaja mengalihkan pembicaraan sekaligus ingin mengetahui pendapat Almi tentang Rilo.

“Kok jadi nyerempet ngomongin Rilo? Dia juga aku anggep temen aja kok. Sama kaya Bondan dan yang lainnya. Lagipula, aku masih kesel dengan kejadian waktu itu.” Ucap Almi bete.

“Lo baru suka kan, bukan sayang sama gue. Think twice Almira. Udah ya, gue ngantuk banget nih. Ati-ati ya turun lift nya. Daaahh…” Dizar bersiap menutup pintu tapi Almi menahannya,

“Kamu… udah punya pacar? Atau lagi suka sama seseorang?” Tanya Almi mendelik penasaran.

Justru gue baru putus.’ Jawabnya dalam hati.

“Bukan urusan lo Al.” Ujarnya cepat sambil menutup pintu dan memastikan telah menguncinya.

***

Semakin hari Rilo tampak semakin kusut. Rambut ala mohawknya dibiarkan tumbuh panjang berantakan. Biasanya ia paling rajin ke Dellaria untuk merapihkan rambutnya. Begitupun di kelas, dosen sama sekali tidak diperhatikannya. Tugaspun, Dizar turut andil membantunya. Di kantin kampus, ia tidak begitu banyak makan. Dan yang paling berubah dari Rilo, ia jadi jarang main ke apartemen Dizar padahal dulu hampir setiap hari. Dizar lama-kelamaan gemas melihat tingkah sahabatnya bak ABG baru putus cinta. Ia harus bebuat sesuatu.

“Heh, wake up! Move on! Segininya banget sih sama cewek. Nggak biasanya lo.” Dizar menempelkan segelas kopi dingin kepada Rilo yang saat itu tengah menenggelamkan kepalanya di atas meja.

“Zar… Gue Kangen Almi.” Ujar Rilo lemas.

“Telpon lah. SMS. Datengin. Gitu aja repot banget.” Ide Dizar sebenarnya masuk akal. Hanya saja Rilo malu untuk melakukannya. Jangankan dateng ke apartemen Almi, SMS aja Rilo nggak punya nyali. Pria yang satu ini kegedean gengsi.

“Lo beneran sayang ya sama Almi?” Rilo ngangguk berkali-kali. Berapa kali ia katakan pada Dizar, bahwa dia sayang Almi.

“Bantuin gue ya Zar. Pleaseee” Rilo bangkit dari tempat duduknya dan gelendotan di lengan Dizar. Langsung saja mereka menjadi bahan tontonan sekelas, dikira mereka berdua homo. Dizar geli banget dengan tingkah laku Rilo, ia buru-buru ngibrit keluar kelas.

***

Dizar mengetuk pintu apartemen Almi. Kebetulan yang membuka adalah Jocelyn. Tak lama, Almi keluar dengan memakai apron dan menenteng spatula ditangannya. Betapa sumringahnya gadis ini mendapati Dizar main ke apartemen untuk pertama kalinya.

“Dizaaaarrrr!” Almi bergelayut manja di lengan Dizar. Sekuat tenaga cowok ini berusaha melepaskan diri dari rangkulan Almi.

“Aku lagi bikin Kimbap[1]. Kamu mau coba nggak? Bentar lagi jadi. Masuk yuk.” Ajaknya sambil menarik-narik tangan Dizar.

“Nggak nggak nggak. Lain kali aja. Al, ikut gue sekarang.” Almi memasang tampang curiga melihat Dizar tiba-tiba mengajaknya pergi.

“Kemana? Tapi aku masih belum selesai masak.” Ucapnya terus terang. Dilema juga, antara mau ikut Dizar tapi belum selesai masak. Mau selesein masak, tapi jarang-jarang ia diajak Dizar keluar kaya gini. Berduaan pula.

Dizar tidak mau menunggu Almi memasak, menurutnya itu buang-buang waktu.

“Yaudah gue tunggu di Titus Sparrow ya. Jangan kelamaan datengnya.” Tanpa basa-basi, Dizar pergi lebih dulu. Dalam hati Almi berpikir, kejutan apa yang disediakan oleh Dizar. Ngapain juga dia ngajak Almi jauh-jauh ke taman Titus Sparrow, padahal di bawah tempat tinggalnya juga ada taman.

***



[1] Makanan khas Korea. Bentuknya seperti sushi yang dilapisi oleh rumput laut.

No comments:

Post a Comment

thank you for your comment :)